SERANG – Golok Ciomas kembali digelar di Desa Citaman Kecamatan Ciomas, Ahad (22/12/2019). Kegiatan tahunan tersebut dilakukan sebagai ajang membangkitkan dan melestarikan semangat heroisme para jawara di masa perjuangan agar sampai pada generasi muda.
Hadir pada acara tersebut Asda II Pemkab Serang Adjat Gunawan, Kapolres Serang Kota AKBP Edhi Cahyono, Sekretaris Disporapar Kabupaten Serang Encep B Soemantri, Ketua Dewan Pimpinan Pusat Lembaga Masyarakat Pelestari Budaya Banten Golok Ciomas (LMPBB-GC) Muhaimin Soleh, Tokoh Budaya Banten Embay Mulya Syarief dan Muspika Ciomas.
Ketua Dewan Pembina LMPBB-GC Embay Mulya Syarief mengatakan, Golok Ciomas merupakan warisan budaya non-benda. Yakni bagaimana cara menempa Golok Ciomas dengan penuh kesabaran dan membutuhkan waktu yang lama. Bahan baku golok ini, kata dia, bukan dari per mobil.
“Golok Ciomas beda. Makanya tidak ada yang kebal dari Golok Ciomas. Jadi patut dilestarikan,” ujarnya kepada Kabar Banten seusai menghadiri Festival Golok Ciomas.
Ia mengungkapkan, dahulu para pejuang tidak memiliki senjata selain rampasan dari Jepang. Namun yang paling diandalkan warga Banten yakni Golok Ciomas. Oleh karena itu, diharapkan semua elemen terutama Pemkab Serang dan Pemprov Banten bisa hadir untuk melestarikan warisan budaya ini.
Menurut dia, keberadaan Golok Ciomas ini bisa berpengaruh pada peningkatan kunjungan wisata. Orang-orang bisa melihat bagaimana cara membuat golok Ciomas.
“Saya harapkan nanti replika golok dibuat di Palima menuju ke sini. Itu akan mendatangkan daya tarik, orang akan berkunjung. Nilai-nilai heroisme terus dibangkitkan supaya jangan hanya tinggal benda tapi nilainya tidak ada,” tuturnya.
Ia mengatakan, pemegang Golok Ciomas ini bukan hanya jawara namun juga ulama. Hal itu dibuktikan oleh dirinya ketika memindahkan jasad Kiai Syafawi yang gugur di Serpong tahun 1948. Jasadnya masih utuh kala dipindahkan di masa Bupati Sampoerna.
“Jasadnya utuh dan ada golok. Golok saya serahkan ke sekda masa itu. Jadi spirit harus terus dijaga. Anak-anak di Serang sudah enggak tahu, kalau saya generasi penghubung, saya ketemu kasepuhan. (Anak-anak muda) Mayoritas cuek, bagus ini ada siloka kita apresiasi,” katanya.
Embay mengatakan, masyarakat Banten harus bangga dengan sebutan jawara. Sebab sesungguhnya jawara itu berasal dari bahasa Arab yakni Jauharoh yang artinya intan permata. Intan adalah mineral terkeras di muka bumi dan bisa menembus apa saja.
“Jawara dulu merepotkan Belanda makanya bikin tandingan centeng yang doyan judi dan mabok, jumlahnya (centeng Belanda) banyak makanya imej jawara mereka bawa seperti itu. Harus bangga, saya kalau disebut jawara saya juga ulama. Enggak ada itu (yang bikin onar),” tuturnya.
Asisten Daerah (Asda) II Pemkab Serang Adjat Gunawan mendukung festival tersebut. Oleh karena itu, ke depan dirinya berharap agar festival ini bisa diadakan di Pendopo Bupati Serang.
“Nanti saya sampaikan ke kadis pendidikan, karena budaya ada di pendidikan. Bagaimana mengadakan festival ini agar mendunia,” ujarnya.
Ia menuturkan, untuk terus memperkenalkan Golok Ciomas bisa juga dengan memajang replika sekaligus cerita atau sinopsisnya di Bandara Soekarno Hatta. Saat ini Pemkab Serang sudah memiliki gerai UMKM di bandara.
“Jadi nanti ini dengan Kadisperindag minta ditempatkan replika termasuk cerita disimpan di bandara. Jadi dua hal itu jadi agenda. Saya senang kalau ini ada di pendopo dan didukung OPD terkait,” ucapnya.
Ketua Pelaksana festival Golok Ciomas Deden Toyalis Kusnundi mengatakan, di Ciomas tersimpan sejarah yang merupakan warisan leluhur sejak zaman kesultanan. Sampai saat ini warisan tersebut masih terus terjaga kelestariannya. Yaitu Palu Godam Sidenok dan golok Ciomas.
“Oleh karena itu, kami mengajak Pemerintah Kabupaten Serang dan masyarakat agar lebih cinta terhadap budaya Banten. Memperkenalkan kepada masyarakat lebih luas terutama golok Ciomas. Kita harus bangga, di Banten tersimpan warisan leluhur karena Jawa Tengah juga bangga dengan keris dan Jabar dengan kujang. Begitulah kita juga harus bangga dengan Golok Ciomas,” ujarnya. @jeff